Where Your Voice Will Flow?
Kali ini gue mau ngasih tau
kalian dan pasti udah pada tau juga sih. Cuma mau mengingatkan bahwa ini Negara
demokrasi. Yang berarti setiap rakyat di Negara ini bisa menyuarakan suaranya
dengan bebas tanpa ada yang membatasi dan mengekang. Well, ini kali pertama gue
bener-bener mau ngomongin politik di blog gue. Sebelumnya, gue juga mau ngasih
tau sih kalo misalnya gue bener-bener tertarik dengan politik dari umur gue
sekitar 9 tahun, ya masih duduk di bangku kelas 3 SD. Gue suka politik berawal
dari pelajaran sejarah. Pelajaran Ips sih sebenernya. Ya ada Sejarahnya, dan
gue jatuh cinta dengan kedua bapak Proklamator kita. Terutama kepada Ir.
Soekarno.
Gue bukan mau ngomongin tentang
Soekarno, tapi gue mau ngomongin tentang krisis “Politik” di Negara ini. Nggak
salah semua orang ber-asumsi, tapi ada asumsi-asumsi yang hanya berdasarkan
kepada omgongan satu dua orang dan mungkin dengan politik “uang”. Gue juga ngga
menyalahkan untuk siapa-siapa yang salah ber-asumsi. Karena menurut gue yang
salah adalah pada “system” sejarah kita sendiri. Kenapa gue ngomong gitu? Ya
karena orang-orang Indonesia kebanyakan yang melupakan sejarahnya. Dan sangat
disayangkan juga tentang Sejarah Bangsa kita, karena menurut gue yang
mengetahui benar sejarah Indonesia itu adalah orang belanda. Kenapa? Karena
kita masih mengabaikan banyak hal yang menurut gue sebenernya penting. Contoh
singkatnya adalah “Naskah Proklamasi”. Iya naskah proklamasi asli tulisan
tangan Bung Karno yang belum di ketik Oleh Sayuti Melik. Dimana naskah
proklamasi itu berada? Seorang Office Boy menemukan kertas asli proklamasi itu
tergeletak saja di kantor halaman Bank Indonesia. Bahkan dalam keadaan yang
terlipat-lipat dan akhirnya Office Boy itu menyerahkan kembali naskah
proklamasi itu. Namun sekarang naskah proklamasi itu terbaring di dalam kotak
kecil dalam keadaan terlipat dan tersimpan di Istana Kepresidenan. Kalau tidak
percaya silahkan buktikan sendiri.
Jadi gue sangat merasa prihatin
dengan bangsa ini yang perlahan mulai melupakan sejarahnya. Gue anak muda, gue
nggak kuper-kuper banget. Tapi pas gue ngeliat ada banyak temen gue di ‘dunia
burung’ yang nge tweet “Ya itukan masa lalu. Ngga penting”. Masa lalu emang
udah berlalu, tapi itu penting. Dikutip dari perkataan bung karno dalam pidato
17 Agustus tahun 1966:
“Janganlah melihat masa depan
dengan Mata Buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi
benggalannya dan pada masa yang akan datang.”
Well said. Tapi bukan hanya satu
alasan itu kenapa gue mau memilih si “salam dua jari” ini. Masih banyak
alasan-alasan lain. Gue bukan mau ngedoktrin kalian semua tentang apa yang gue
omongin. Cuman gue mau menuangkan pikiran gue untuk temen-temen seumuran gue yang bisa dibilang
bingung. Ya awalnya gue juga bingung. Nyari di google, nonton berita di TV juga
ngga cukup untuk “meneguhkan” memilih siapa. Tapi, dari sisi gue. Gue
mempertimbangkan hal-hal ini:
- Hak Asasi Manusia. Bukti surat pemecatan DKP
juga belum bisa menneguhkan hati gue. Surat pemecatan bapak sebelah. Gue belum
percaya karena sejarah kita itu banyak yang di belokkan. Yang menjadi
pertimbangan gue adalah pada saat debat Capres-Cawapres yang diadakan KPU. Saat
pak JK bertanya kepada bapak sebelah tentang HAM dan bagaimana bapak capres
sebelah mau melindungi HAM seluruh rakyat Indonesia. Jujur saja menurut gue
bapak capres sebelah terlihat emosional membahas masalah HAM. Satu kalimat yang
masih terngiang di kepala gue “Jadi bapak berfikir karena saya adalah pelanggar
HAM, itu berarti saya tidak bisa melindungi HAM rakyat Indonesia?”. Merasa ada
yang janggal? “karena saya adalah pelanggar HAM”.
- Saat berpidato pak Capres sebelah lebih banyak
menekankan kata “saya” dari pada “kita” atau “kami”. Bilang ini sepele? Tidak,
bagi orang yang cukup aktif di organisasi dan majelis, kata-kata yang menurut
anda sepele ini sangat berarti besar. Mencerminkan sikap dan cara kepemimpinan
orang tsb. Kalau belum cukup jelas, lihat gambar dibawah.
- Orasi prabowo : “Saya akan melindungi kalian
semua. Percayalah kepada saya.” Orasi Jokowi : “kita
bisa melakukan ini bersama. Percayalah pada diri kalian sendiri.”.Sekarang, The
only perception is : Kalian lebih milih di pimpin oleh satu komando, atau di bimbing
untuk memimpin diri sendiri untuk satu tujuan yang sama?
- Lalu pada saat debat cawapres-wapres yang
pertama juga saat topiknya masih tentang “HAM”. Bung Hatta “KW” menjawab “HAM
adalah untuk semua orang tanpa terkecuali.” Kecuali anak bapak? Pak, anak bapak
yang nabrak orang sampe meninggal di tol itu apa kabar pak?
- Saat debat pertama ditanyakan untuk pengembangan
daerah bapak sebelah menjawab bahwa Indonesia tidak usah ada pengembangan
wilayah lagi karena potensi rakyat belum memadai. Tapi saat ditanya tentang “kenapa
menteri dan pejabat negara masih banyak yang korupsi?” dengan santai nya bapak
sebelah ngomong “Karena menteri belum sejahtera” well said. Menteri harus di
sejahterakan tapi dana untuk pengembangan daerah ngga dikasih? Oke deh pak.
- Dan satu alasan lagi dan mungkin ini penjabaran
terakhir gue. Karena sebenernya masih banyak. Orang-orang yang berada di
belakang bapak sebelah. Dia menjanjikan kepada bapak ARB bahwa nanti kalo dia
jadi presiden, beliau ini akan mengangkat pak ARB menjadi ketua menteri. Yang
ditakutkan pada saat pak ARB ini menjadi ketua menteri, anggaran APBN akan di
delegasikan untuk Lumpur Lapindo. Lumpur Lapindo ‘takutnya’ akan dijadikan
bencana nasional dan dia akan dengan enaknya memakai APBN untuk mengganti ganti
rugi untuk korban Lumpur Lapindo yang sebenarnya “pure” kesalahan ARB. Dan btw
masih inget pernikahan Nia Rahmadani dengan anaknya ARB yang menyentuh angka
milyaran bahkan hamper triliunan. Tapi saying saat di telusuri, ARB sudah
menunggak pajak 2 Tahun. Masih nunggak nggak ya? Kalo masih nunggak..
Nunggaknya udah berapa tahun itu pak?
Well segitu penjabaran gue. Buat
nambah-nambahin info, ini ada link:
http://t.co/k9tjzHYtNR
Dan tadi ada debat di Mata Najwa
yang bikin gue sangat jengkel dengan statement dari kubu capres dan cawapres
sebelah yang mendelegasikan bahwa mereka adalah titisan Soekarno dan Bung
Hatta. Guondok denger nya bapak. Soekarno, ia adalah manoesia yang tak pernah
sekalipun membunuh nyamuk yang menggerogoti tubuhnya. Soekarno, ia adalah
manoesia yang menangis bersama rakyatnya. Soekarno, ia adalah manoesia yang
memperjuangkan kaum-kaum marhaen dan HAM. Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua
sosok yang saya kagumi dan kalau boleh jujur saya ingin hidup dalam zaman
mereka. Dimana semua orang mempunyai satu tujuan yang sama “Indonesia Merdeka”.
Tak terbesit tentang korupsi, perbedaan ras, agama, social. Karena yang dimau
hanya satu “Indonesia Merdeka”. Dan satu. Bung Karno dan Bung Hatta selalu
mengucapkan kata “kita” bukan “saya”.
Sekian dari saya, ini hanya opini
saya yang berdasarkan sumber-sumber yang telah saya cermati. Saya harap kalian
mengerti bahwa saya hanya ingin berbagi tentang pemikiran saya. Saya tidak
memaksakan anda harus satu suara dengan saya, karena kembali ke sumber dari
segala hukum. Pancasila. Dan kembali kepada tulisan di seutas kain yang dibawa
oleh Garuda Emas kita. “Bhinneka Tunggal Ika”.
Semoga anda yang berbeda pendapat dengan saya juga bisa menghargai Saya.
0 comments: